ARIE ASNALDI
Fase belajar motorik adalah suatu fase yang manggambarkan keadaan penguasaan keterampilan motorik seseorang dalam dalam melaksanakan gerakan-gerakan olah raga.
Kemampuan seseorang untuk dapat menguasai keterampilan-keterampilan motorik olah raga berbeda-beda,yang disebabkan oleh antara lain :
- Perbedaan kemampuan kondisi dan koordinasi yang dimiliki
- Perbedaan usia
- Perbedaan pengalaman gerakan
- Perbedaan jenis kelamin
- Perbedaan kognitif,
- Frekwensi latihan dan sebagainya
Pembagian fase-fase belajar motorik bukan berdasarkan pada tingkat usia,melainkan pada tingkat kemampuan seseorang dalam penguasaan keterampilan-keterampilan motorik olahraga dalam melaksanakan gerakan-gerakan.
Ciri-ciri umum kemampuan fase belajar motorik tingkat pertama
Ciri-ciri umum fase belajar motorik tingkat pertama adalah penguasaan kemampuan motorik dalam bentuk kasar,seseorang yang berada pada fase ini hanya mampu melaksanakan gerakan-gerakan yang dituntut bila situasi dan kondisi mendukung.
Ciri-ciri khusus atau yang banyak dilihat.
· Struktur dasar gerakan tersebut diperlihatkan dalam bentuk yang kasar.
· Irama gerakan :
Kesalahan dalam irama gerakan disebabkan oleh:
1. Individu yang belajar belum memiliki pengalaman dan simpanan
2. Belum dapat mengatur dan mengimpulskan tenaga sesuai dengan kebutuhan otot-otot yng bekerja.
· Hubungan gerakan
Hubungan gerakan dari bagian-bagian grerakan dari satu anggota tubuh ke anggota tubuh yang lain masih belum terkoordinir dengan baik.
· Luas gerakan
Disebabkan karana kemampuan koordinasinya yang memang masih belum terbentuk,dengan demikian prinsip efisiensi dan efektefitas baik dari segi tenaga,waktu dan ruangan yang terpakai belum dapat direalisasikan.
· Kelancaran gerakan /aliran gerakan
Aliran gerakan yang ditampilkan masih belum lancar,yaitu masih tersendat-sendat.kurangnya kecepatan dan percepatan tersebut disebabkan karena pengaruh impuls/tenaga yang diberikan.
· Kecepatan gerakan
Belum memiliki kecepatan gerakan yang baik yaitu masih bersifat lamban dan kaku.
· Ketepatan dan kekonstanan gerakan
Kekonstanan gerakan yang dimiliki oleh individu yang berada pada fase tingkat pertama ini boleh dikatakan tidak ada karenakemampuan yang dimiliki belum stabil atau belum dapat diukur.
· Bayangan gerakan
Bayangan gerakan yang berhasil dibangun oleh individu yang berada pada fase tingkat pertama masih kurang lengkap
· Program gerakan
Artinya program gerakan baru memuat komponen-komponen gerakan yang bersifat umum atau yang penting-penting sajadan belum terperinci.
Ciri-ciri kemampuan penerimaan dan pengolahan informasi fase belajar tingkat pertama.
Ciri-ciri pada fase belajar tingkat pertama dapat dilihat pada aspek penerimaan dan pengolahan informasi.
Dalam pelaksanaan aksi-aksi motorik atau gerakan-gerakan olahraga ada 5 indra penerima informasi yaitu : visual (penglihatan), akustik (penalaran), taktil (kulit), kinestik (otot), dan vetibular (alat keseimbangan).
Kelima indra itu tidak hanya berperan dalam penerimaan informasi tetapi juga berperan dalam penerimaan feedback,yaitu tentang gerakan yang sedang berlansung.
Berdasarkan feedback ini dapat dilakukan pengendalian dan pengaturan-pengaturan gerakan-gerakan yang sedang dilakukan misalnya:pengaturan tentang impuls-impuls kekuatan,penmgaturan,dan pengendalian arahgerakan.
Implikasi ciri-ciri fase belajar motorik tingkat pertama ke dalam proses pembelajaran
peran guru pendidikan jasmani sangat lah menentukan pada keberkasilan peserta didik dalam melakukan gerakan yang diajarkan.
Perkembangan proses belajar pada fase ini datandai oleh beberapa kemajuan dan diwarnai oleh beberapa permasalahan.kemajuan-kemajuan yang diproleh antara lain dapat dilihat dari semakin meningkatnya kualitas gerakan.
Ciri-ciri khusus fase belajar motorik tingkat kedua
Struktur dasar gerakan
Irama gerakan
Hubungan gerakan
Luas gerakan
Kelancaran gerakan
Kecepatan gerakan
Ketepatan dan kekonstanan gerakan
Bayangan dan program gerakan
Ciri-ciri kemampuan penerimaan dan pengolahan informasi fase belajar tingkat kedua
Dalam belajar motorik ada
- Mata ( Visueller Analisator )
- Kulit ( Taktiler Analisator )
- Otot-otot ( Kinesthetischer Analisator )
- Telinga ( Akusticher Analisator )
- Alat keseimbangan yang terletak pada bagian dalam telinga ( Statico dynamisator )
Kelima indera penerima informasi tersebut dikelompokkan dalam dua kelompok yaitu :
- Alat penerima informasi dari luar
Yaitu informasi yang datang dari luar atau dari lingkungan sipelaku gerakan itu sendiri. Diantaranya : mata, telinga dan kulit.
- Alat penerima informasi dari bagian dalam
Yaitu informasi yang berasal dari dalam diri sipelaku gerakan itu sendiri tentang jalannya gerakan baik yang sedang berlangsung. Diantaranya : otot-otot dan staticodynamisator.
Ciri-ciri fase belajar motorik tingkat kedua dan implikasinya kedalam proses pembelajaran
Fase belajar tingkat kedua menuntut aktifitas belajar yang tinggi,untuk dapat melaksanakannya dibutuhkan persiapan-persiapan yang tinggi dari peserta didik.kesiapan yang dimaksud antaralain:
- Kesiapan dalam melakukan pengulangan-pengulangan latihan
- Kesiapan dalam menerima beban kerja fisik
- Kesiapan untuk berkonsentrasi penuh
- Serta kesiapan untuk turut aktif dalam proses berfikir
.Jadi tugas utama dari guru pendidikan jasmani dalam hal ini adalah melakukan analisis kesalahan-kasalahan gerakan yang terjadi pada setiap fase gerakan.sehingga peserta didik akan selalu melakukan pengendalian dan pengaturan kembali penyimpangan-penyimpangan yang terjadi selama gerakan itu berlansung.
Ciri-ciri umum fase belajar motorik tingkat ketiga
Ciri-ciri umum fase belajar tingkat ketiga dapat digambarkan sebagai berikut:
Kemampuan prestasi seseorang yang berada pada fase belajar tingkat ketiga lebih stabil,dan kestabilan prestasi tersebut dapat dilakukan dengan konstan,walaupun dibawah situasi dan kondisi tempat palaksanaan gerakan yang dipersulit.
Peningkatan yang terjadi dalam berbagai aspek antaralain :
· Perbaikan dalam mengantisipasi suatu situasi dan kondisi
· Perbaikan peran analisator kinentetik,sehingga dapat mengendalikan dan mengatur impuls-impuls tenaga pasa otot-otot yang bekerja sesuai dengan kebutuhan
· Perbaikan peran dan fungsi nindra penerima informasi
· Perbaikan-perbaikan dalam pengolahaninformasi yang diterima.
Ciri umum berikutnya pada fase belajar tingkat ketiga kestabilan prestasi atau unjuk kerja,individu yang berada pada fase ini mampu melakukan gerakan-gerakan yang sama secara berulang-ulang,sedangkan kualitas gerakan yang ditampilkan pada setiap kali pengulangan cukup konstan.
Ciri-ciri khusus fase belajar motorik tingkat ketiga
Terbentuknya kemampuan automatisasi
Bayangan dan konstruksi bayangan gerakan
Irama gerakan
Pada fase belajar tingkat ketiga ini pelaksanan gerakan terlihat semakin mulus dan lancar,sehingga gerakan-gerakan yang dilakukan cukup efesien dan efektif baik dalam hal pemakaian ruangan,maupun waktu dan tenaga.
Kecepatan gerakan
Keistimewaan khusus yang dimiliki pada fese belajar tingkat ketiga adalah kemampuannya untuk memanipulasi bentuk-bentuk gerakan.kemampuan untuk melakukan gerak tipu yang tepat hanya dapat dilakukan oleh individu yang memiliki kemampuan antisipasi situasi dan kondisi yang akurat.
Ciri-ciri kemampuan penerimaan dan pengolahan informasi fase belajar tingkat ketiga
Ciri-ciri khusus kemampuan penerimaan dan pengolahan informasi individu yang berada pada fase belajar tingkat ketiga adalah semakin meningkatnya peran dan fungsi analisator informasi kinestetik(otot).
Ciri-ciri lain dari kemampuan penerimaan dan pengolahan informasi fase belajar tingkat ketiga ditandai dengan semakin meningkatnya peran dan fungsi serta kepekaan alat-alat analisator yang lain seperti: mata, kulit, telinga (staticodynamisator), maka individu yang berada fase ini dapat menerima umpan balik secara lebih banyak dan rinci tentang jalannya suatu gerakan baik yang sedang berlansung,maupun yang baru selesai dilaksanakan.
Ciri-ciri fase belajar motorik tingkat ketiga dan implikasinya kedalam proses pembelajaran
Fase belajar tingkat ketiga merupakan suatu fase untuk menstabilkan kemampuan koordinasi halus yang telah dikuasai.
Bentuk latihan lain yang dapat diterapkan dalam proses pembelajaran untuk peserta didik yang berada pada fase ini adalah latihan dalam bentuk mental-traning.
Latihan-latihan mental akan dapat membantu peserta didik dalam meningkatkan:
· Kemampuan mengantisipasi perubahan situasi yang akan terjadi dan efek dari perubahan tersebut
· Kemampuan ketetapan gerakan
· Kemampuan melaksanakan gerakan secara ekonomis,baik dari segi waktu,tenaga,maupun
ruangan yang dipakai
· Kemampuam ketetapan pengambilan keputusan
KOORDINASI GERAK
Koordinasi gerak meliputi pengkoordinasian kerja otot-otot yang terlibat dalam suatu pelaksanaan gerakan.pengkoordinasian tersebut diatur sedemikian rupa oleh sistem persyarafan.
Yang diatur disini adalah :penyesuaian komponen-komponen kekuatan dan kecepatan yang dibutuhkan oleh otot dalam pelaksanaan gerak sesuai dangan kebutuhan setiap bagian gerak.
Struktur dasar gerakan
Kata struktur diartikan secara sederhana sebagai suatu susunan tertentu maka struktur garak dapat diartikan sebagai strukur gerakan.atau dapat diterjemahkan sebagai susunan dasar dari suatu gerakan atau susunan yang selalu ada dalam pelaksanaan suatu gerakan.
Irama gerakan
Iram gerak adalah ciri-ciri yang menggambarkan ketepatan antara pelaksanaan bagian-bagian gerak dengan dimensi ruang dan waktu yang digunakan atau yang diperlukan pada setiap gerakan.
Untuk mendapatkan kemampuan irama gerakan yang baik,pada dasarnya harus dalakukan latihan-latihan secara berulang-ulang terhadap bentuk-bentuk gerakan yang sama
Hubungan gerakan
Hubungan gerakan adalah:suatui proses transfer impuls tenaga dari suatu bagian tubuh yang lain atau proses transfer impuls dari suatu alat gerak ke alat gerak lain.sehingga terjadi hubungan gerakan.
Indikator yang dapat diamati dari hubungan gerakan yang tidak sempurna adalah :
- Terjadinya kelebihan gerakan yang tidak diperlukan yang mengakibatkan terganggunya transfer impuls tenaga untuk gerakan
- Kelebihan gerakan tersebut diakibatkan olehimpuls tenaga yang diberikan terlalu besar dari yang dibutuhkan.
- Luas gerakan
Luas gerakan adalah : luasnya ruangan atau lintasan yang terpakai dalam pelaksanaan suatu gerakan.
Indikator-indikator yang dapat diamati untuk mengetahui kesalahan luas gerakan antara lain :
- Pemakaian luas gerakan untuk pelaksanaan suatu gerakan tidak stabil
- Frekwensi gerakan yang terlalu rendah dapat disebabkan karena ruangan yang terpakai untuk pelaksanaan suatu gerakan terlalu luas,sehinggawaktu yang dibutuhkan juga berlebih dari yang semestinya
- Frekwensi gerakan yang terlalu tinggi misalnya dalam berlari atau berenang dapat disebabkan oleh ruangan yang terpakai terlalu sempit
- Irama gerakan tidak konstan
Kelancaran gerakan
Penyebab kesalahan gerakan atau tidak lancarnya gerakan adalah : kemampuan kondisi (kekuatan,kecepatan,dan daya tahan)dan kemampuan koordinasi yang masih kurang,serta ketidak lengkapan,ketidak mengertian individu terhadap informasi tentang gerakan yang harus dalaksanakan.
Kelancaran gerakan atau aliran gerakan adalah suatu ciri-ciri yang menggambarkan kontinuitas dari jalannya suatu gerakan.
Untuk dapat melihat kelancaran gerakan,indikator yang dapat diamati adalah :
· Kontinuitas jalannya gerakan
· Kecepatan atau percepatan gerakan (terlalu cepat atau terlalu lambat)
Kecepatan gerakan
Dalam pelaksanan suatu gerakan,kecepatan merupakan salahsatu ciri-ciri koordinasi gerakan yang perlumendapatkan perhatian,hal ini disebabkan karena kecepatan sangat menentukan hasil yang ingin dicapai.
Untuk dapat memanfaatkan kecepatan gerakan secara optimal memang sangat dipengaruhi oleh beberapa aspek seperti : kemampuan mengantisipasi gerakan,kelancaran gerakan dan hubungan gerakan.
Ketepatan dan kekonstanan gerakan
Ketepatan dan kekonstanan gerakan sangat menentukan sekali terhadap hasil yang ingin dicapai dalam pelaksanaan gerakan.
Ketepatan gerakan dalam artian proses adalah : ketepatan jalannya suatu rangkaian gerakan baik dilihat dari struktur dalam gerakan maupun dilihat dari sistematika gerakan.
Sedangkan ketetapan produk adalah : suatu hasil yang diperoleh dari aktivfitas atau gerakn.
Menurut MEINEL (1977,HAL 180) mengartikan ketepatan gerakan sebagai ketepatan atau kesatuan antara perencanaan gerakan dengan hasil yang diperoleh. Pengertiannya adalah bahwa setiap pelaksanaan gerakan selalu didahului oleh suatu gerakan yang direncanakan pada pusat susunan syaraf.
0 comments:
Posting Komentar