Blogroll

Kamis, 31 Januari 2008

Komponen Komunikasi

a. Lingkungan komunikasi

Lingkungan (konteks) komunikasi setidak-tidaknya memiliki tiga dimensi:

1. Fisik, adalah ruang dimana komunikasi berlangsung yang nyata atau berwujud.

1. Sosial-psikoilogis, meliputi, misalnya tata hubungan status di antara mereka yang terlibat, peran yang dijalankan orang, serta aturan budaya masyarakat di mana mereka berkomunikasi. Lingkungan atau konteks ini juga mencakup rasa persahabatan atau permusuhan, formalitas atau informalitas, serius atau senda gurau,

2. Temporal (waktu), mencakup waktu dalam hitungan jam, hari, atau sejarah dimana komunikasi berlangsung.

Ketiga dimensi lingkungan ini saling berinteraksi; masing-masing mempengaruhi dan dipengaruhi oleh yang lain. Sebagai contoh, terlambat memenuhi janji dengan seseorang (dimensi temporal), dapat mengakibatkan berubahnya suasana persahabatan-permusuhan (dimensi sosial-psikologis), yang kemudian dapat menyebabkan perubahan kedekatan fisik dan pemilihan rumah makan untuk makan malam (dimensi fisik). Perubahan-perubahan tersebut dapat menimbulkan banyak perubahan lain. Proses komunikasi tidak pernah statis.

b. Sumber-Penerima

Kita menggunakan istilah sumber-penerima sebagai satu kesatuan yang tak terpisahkan untuk menegaskan bahwa setiap orang yang terlibat dalam komunikasi adalah sumber (atau pembicara) sekaligus penerima (atau pendengar). Anda mengirimkan pesan ketika anda berbicara, menulis, atau memberikan isyarat tubuh. Anda menerima pesan dengan mendengarkan, membaca, membaui, dan sebagainya.

Tetapi, ketika anda mengirimkan pesan, anda juga menerima pesan. Anda menerima pesan anda sendiri (anda mendengar diri sendiri, merasakan gerakan anda sendiri, dan melihat banyak isyarat tubuh anda sendiri) dan anda menerima pesan dari orang lain (secara visual, melalui pendengaran, atau bahkan melalui rabaan dan penciuman). Ketika anda berbicara dengan orang lain, anda memandangnya untuk mendapatkan tanggapan (untuk mendapatkan dukungan, pengertian, simpati, persetujuan, dan sebagainya). Ketika anda menyerap isyarat-isyarat non-verbal ini, anda menjalankan fungsi penerima.

c. Enkoding-Dekoding

Dalam ilmu komunikasi kita menamai tindakan menghasilkan pesan (misalnya, berbicara atau menulis) sebagai enkoding (encoding). Dengan menuangkan gagasan-gagasan kita ke dalam gelombang suara atau ke atas selembar kertas, kita menjelmakan gagasan-gagasan tadi ke dalam kode tertentu. Jadi, kita melakukan enkoding.

Kita menamai tindakan menerima pesan (misalnya, mendengarkan atau membaca) sebagai dekoding (decoding). Dengan menerjemahkan gelombang suara atau kata-kata di atas kertas menjadi gagasan, anda menguraikan kode tadi. Jadi, anda melakukan dekoding.

Oleh karenanya kita menamai pembicara atau penulis sebagai enkoder (encoder), dan pendengar atau pembaca sebagai dekoder (decoder). Seperti halnya sumber-penerima, kita menuliskan enkoding-dekoding sebagai satu kesatuan yang tak terpisahkan untuk menegaskan bahwa anda menjalankan fungsi-fungsi ini secara simultan. Ketika anda berbicara (enkoding), anda juga menyerap tanggapan dari pendengar (dekoding).

d. Kompetensi Komunikasi

Kompetensi komunikasi mengacu pada kemampuan anda untuk berkomunikasi secara efektif (Spitzberg dan Cupach, 1989). Kompetensi ini mencakup hal-hal seperti pengetahuan tentang peran lingkungan (konteks) dalam mempengaruhi kandungan (content) dan bentuk pesan komunikasi (misalnya, pengetahuan bahwa suatu topik mungkin layak dikomunikasikan kepada pendengar tertentu di lingkungan tertentu, tetapi mungkin tidak layak bagi pendengar dan lingkungan yang lain). Pengetabuan tentang tatacara perilaku nonverbal (misalnya kepatutan sentuhan, suara yang keras, serta kedekatan fisik) juga merupakan bagian dari kompetensi komunikasi.

Dengan meningkatkan kompetensi anda, anda akan mempunyai banyak pilihan berperilaku. Makin banyak anda tahu tentang komunikasi (artinya, makin tinggi kompetensi anda), makin banyak pilihan, yang anda punyai untuk melakukan komunikasi sehari-hari. Proses ini serupa dengan proses mempelajari perbendaharaan kata: Makin banyak kata anda ketahui (artinya, makin tinggi kompetensi perbendaharaan kata anda), makin banyak cara yang anda miliki untuk mengungkapkan diri.

e. Pesan

Pesan komunikasi dapat mempunyai banyak bentuk. Kita mengirimkan dan menerima pesan ini melalui salah satu atau kombinasi tertentu dari panca indra kita. Walaupun biasanya kita menganggap pesan selalu dalam bentuk verbal (lisan atau tertulis), ini bukanlah satu-satunya jenis pesan. Kita juga berkomunikasi secara nonverbal (tanpa kata). Sebagai contoh, busana yang kita kenakan, seperti juga cara kita berjalan, berjabatan tangan, menggelengkan kepala, menyisir rambut, duduk, dan. tersenyum. Pendeknya, segala hal yang kita ungkapkan dalam melakukan komunikasi.

f. Saluran

Saluran komunikasi adalah media yang dilalui pesan. Jarang sekali komunikasi berlangsung melalui hanya satu saluran, kita menggunakan dua, tiga, atau empat saluran yang berbeda secara simultan. Sebagai contoh, dalam interaksi tatap muka kita berbicara dan mendengarkan (saluran suara), tetapi kita juga memberikan isyarat tubuh dan menerima isyarat ini secara visual (saluran visual). Kita juga memancarkan dan mencium bau-bauan (saluran olfaktori). Seringkali kita saling menyentuh, ini pun komunikasi (saluran taktil).

g. Umpan Balik

Umpan balik adalah informasi yang dikirimkan balik ke sumbernya. Umpan balik dapat berasal dari anda sendiri atau dari orang lain. Dalam diagram universal komunikasi tanda panah dari satu sumber-penerima ke sumber-penerima yang lain dalam kedua arah adalah umpan balik. Bila anda menyampaikan pesan misalnya, dengan cara berbicara kepada orang lain anda juga mendengar diri anda sendiri. Artinya, anda menerima umpan balik dari pesan anda sendiri. Anda mendengar apa yang anda katakan, anda merasakan gerakan anda, anda melihat apa yang anda tulis.

Selain umpan balik sendiri ini, anda menerima umpan balik dari orang lain. Umpan balik ini dapat datang dalam berbagai bentuk: Kerutan dahi atau senyuman, anggukan atau gelengan kepala, tepukan di bahu atau tamparan di pipi, semuanya adalah bentuk umpan balik.

h. Gangguan

Gangguan (noise) adalah gangguan dalam komunikasi yang mendistorsi pesan. Gangguan menghalangi penerima dalam menerima pesan dan sumber dalam mengirimkan pesan. Gangguan dikatakan ada dalam suatu sistem komunikasi bila ini membuat pesan yang disampaikan berbeda dengan pesan yang diterima.

Gangguan ini dapat berupa gangguan fisik (ada orang lain berbicara), psikologis (pemikiran yang sudah ada di kepala kita), atau semantik (salah mengartikan makna). Tabel dibawah menyajikan ketiga macam gangguan ini secara lebih rinci.

Macam

Definsi

Contoh

Fisik

Interferensi dengan transmisi fisik isyarat atau pesan lain

Desingan mobil yang lewat, dengungan komputer, kacamata

Psikollogis

Interferensi kognitif atau mental

Prasangka dan bias pada sumber-penerima, pikiran yang sempit

Semantik

Pembicaraan dan pendengar memberi arti yang berlainan

Orang berbicara dengan bahasa yang berbeda, menggunakan jargon atau istilah yang terlalu rumit yang tidak dipahami pendengar

Gangguan dalam komunikasi tidak terhindarkan. Semua komunikasi mengandung gangguan, dan walaupun kita tidak dapat meniadakannya samasekali, kita dapat mengurangi gangguan dan dampaknya. Menggunakan bahasa yang lebih akurat, mempelajari keterampilan mengirim dan menerima pesan nonverbal, serta meningkatkan keterampilan mendengarkan dan menerima serta mengirimkan umpan balik adalah beberapa cara untuk menanggulangi gangguan.

i. Efek Komunikasi

Komunikasi selalu mempunyai efek atau dampak atas satu atau lebih orang yang terlibat dalam tindak komunikasi. Pada setiap tindak komunikasi selalu ada konsekuensi. Sebagai contoh, anda mungkin memperoleh pengetahuan atau belajar bagaimana menganalisis, melakukan sintesis, atau mengevaluasi sesuatu; ini adalah efek atau dampak intelektual atau kognitif. Kedua, anda mungkin memperoleh sikap baru atau mengubah sikap, keyakinan, emosi, dan perasaan anda; ini adalah dampak afektif. Ketiga, anda mungkin memperoleh cara-cara atau gerakan baru seperti cara melemparkan bola atau melukis, selain juga perilaku verbal dan noverbal yang patut; ini adalah dampak atau efek psikomotorik.

j. Etik dan Kebebasan Memilih

Karena komunikasi mempunyai dampak, maka ada masalah etik di sini. Karena komunikasi mengandung konsekuensi, maka ada aspek benar-salah dalam setiap tindak komunikasi. Tidak seperti prinsip-prinsip komunikasi yang efektif, prinsip-prinsip komunikasi yang etis sulit dirumuskan.

Seringkali kita dapat mengamati dampak komunikasi, dan berdasarkan pengamatan ini, merumuskan prinsip-prinsip komunikasi yang efektif. Tetapi, kita tidak dapat mengamati kebenaran atau ketidakbenaran suatu tindak komunikasi.

Dimensi etik dari komunikasi makin rumit karena etik begitu terkaitnya dengan falsafah hidup pribadi seseorang sehingga sukar untuk menyarankan pedoman yang berlaku bagi setiap orang. Meskipun sukar, pertimbangan etik tetaplah merupakan bagian integral dalam setiap tindak komunikasi. Keputusan yang kita ambil dalam hal komunikasi haruslah dipedomani oleh apa yang kita anggap benar di samping juga oleh apa yang kita anggap efektif.

Apakah komunikasi itu etis atau tidak etis, landasannya adalah gagasan kebebasan memilih serta asumsi bahwa setiap orang mempunyai hak untuk menentukan pilihannya sendiri. Komunikasi dikatakan etis bila menjamin kebebasan memilih seseorang dengan memberikan kepada orang tersebut dasar pemilihan yang akurat. Komunikasi dikatakan tidak etis bila mengganggu kebebasan memilih seseorang dengan menghalangi orang tersebut untuk mendapatkan informasi yang relevan dalam menentukan pilihan. Oleh karenanya, komunikasi yang tidak etis adalah komunikasi yang memaksa seseorang (1) mengambil pilihan yang secara normal tidak akan dipilihnya atau (2) tidak mengambil pilihan yang secara normal akan dipilihnya. Sebagai contoh, seorang pejabat rekruting perusahaan mungkin saja membesar-besarkan manfaat bekerja di Perusahaan X dan dengan demikian mendorong anda untuk menentukan pilihan yang secara normal tidak akan anda ambil (jika saja anda mengetahui fakta-fakta sebenarnya).

Dalam etik yang didasarkan atas kebebasan memilih ini, ada beberapa persyaratan. Kita mengasumsikan bahwa orang-orang ini sudah cukup umur dan berada dalam kondisi mental yang memungkinkan mereka melaksanakan pilihan secara bebas. Selanjutnya, kita mengasumsikan bahwa kebebasan memilih dalam situasi mereka tidak akan menghalangi kebebasan memilih orang lain. Sebagai contoh, anak-anak berusia 5 atau 6 tahun tidak akan siap untuk menentukan pilihan sendiri (memilih menu mereka sendiri, memilih waktu untuk tidur, memilih jenis obat), sehingga harus ada orang lain yang melakukannya untuk mereka. Begitu juga, seseorang yang menderita keterbelakangan mental membutuhkan orang lain untuk mengambilkan keputusan tertentu bagi mereka.

Di samping itu, situasi lingkungan kehidupan seseorang dapat membatasi kebebasan memilih ini. Sebagai contoh, anggota tentara seringkali harus melepaskan kebebasan memilih dan makan nasi bungkus, bukan roti keju, mengenakan seragam militer, bukan jins, lari pagi, bukan tidur. Dengan menjadi tentara, seseorang setidak-tidaknya harus melepaskan sebagian hak mereka untuk menentukan pilihan sendiri. Akhirnya, kebebasan memilih yang kita miliki tidak boleh menghalangi orang lain untuk menentukan pilihan mereka sendiri.

Kita tidak bisa membiarkan seorang pencuri memiliki kebebasan untuk mencuri, karena dengan memberikan kebebasan ini kita menghalangi korban pencurian untuk menikmati kebebasan memilih mereka—hak untuk memiliki barang dan hak untuk merasa aman dalam rumah mereka.

3. Tujuan Komunikasi

Ada empat tujuan atau motif komunikasi yang perlu dikemukakan di sini. Motif atau tujuan ini tidak perlu dikemukakan secara sadar, juga tidak perlu mereka yang terlibat menyepakati tujuan komunikasi mereka. Tujuan dapat disadari ataupun tidak, dapat dikenali ataupun tidak. Selanjutnya, meskipun. teknologi komunikasi berubah dengan cepat dan drastis (kita mengirimkan surat elektronika, bekerja dengan komputer, misalnya) tujuan komunikasi pada dasarnya tetap sama, bagaimanapun hebatnya revolusi elektronika dan revolusi-revolusi lain yang akan datang. (Arnold dan Bowers, 1984; Naisbit.1984).

a. Menemukan

Salah satu tujuan utama komunikasi menyangkut penemuan diri (personal discovery) Bila anda berkomunikasi dengan orang lain, anda belajar mengenai diri sendiri selain juga tentang orang lain. Kenyataannya, persepsi-diri anda sebagian besar dihasilkan dari apa yang telah anda pelajari tentang diri sendiri dari orang lain selama komunikasi, khususnya dalam perjumpaan-perjumpaan antarpribadi.

Dengan berbicara tentang diri kita sendiri dengan orang lain kita memperoleh umpan balik yang berharga mengenai perasaan, pemikiran, dan perilaku kita. Dari perjumpaan seperti ini kita menyadari, misalnya bahwa perasaan kita ternyata tidak jauh berbeda dengan perasaan orang lain. Pengukuhan positif ini membantu kita merasa "normal."

Cara lain di mana kita melakukan penemuan diri adalah melalui proses perbandingan sosial, melalui perbandingan kemampuan, prestasi, sikap, pendapat, nilai, dan kegagalan kita dengan orang lain. Artinya, kita mengevaluasi diri sendiri sebagian besar dengan cara membanding diri kita dengan orang lain.

Dengan berkomunikasi kita dapat memahami secara lebih baik diri kita sendiri dan diri orang lain yang kita ajak bicara. Tetapi, komunikasi juga memungkinkan kita untuk menemukan dunia luar—dunia yang dipenuhi objek, peristiwa, dan manusia lain. Sekarang ini, kita mengandalkan beragam media komunikasi untuk mendapatkan informasi tentang hiburan, olahraga, perang, pembangunan ekonomi, masalah kesehatan dan gizi, serta produk-produk baru yang dapat dibeli. Banyak yang kita peroleh dari media ini berinteraksi dengan yang kita peroleh dari interaksi antarpribadi kita. Kita mendapatkan banyak informasi dari media, mendiskusikannya dengan orang lain, dan akhirnya mempelajari atau menyerap bahan-bahan tadi sebagai hasil interaksi kedua sumber ini.

b. Untuk berhubungan

Salah satu motivasi kita yang paling kuat adalah berhubungan dengan orang lain (membina dan memelihara hubungan dengan orang lain). Kita ingin merasa dicintai dan disukai, dan kemudian kita juga ingin mencintai dan menyukai orang lain. Kita menghabiskan banyak waktu dan energi komunikasi kita untuk membina dan memelihara hubungan sosial. Anda berkomunikasi dengan teman dekat di sekolah, di kantor, dan barangkali melalui telepon. Anda berbincang-bincang dengan orangtua, anak-anak, dan saudara anda. Anda berinteraksi dengan mitra kerja.

c. Untuk meyakinkan

Media masa ada sebagian besar untuk meyakinkan kita agar mengubah sikap dan perilaku kita. Media dapat hidup karena adanya dana dari iklan, yang diarahkan untuk mendorong kita membeli berbagai produk. Sekarang ini mungkin anda lebih banyak bertindak sebagai konsumen ketimbang sebagai penyampai pesan melalui media, tetapi tidak lama lagi barangkali anda-lah yang akan merancang pesan-pesan itu—bekerja di suatu surat kabar, menjadi editor sebuah majalah, atau bekerja pada biro iklan, pemancar televisi, atau berbagai bidang lain yang berkaitan dengan komunikasi. Tetapi, kita juga menghabiskan banyak waktu untuk melakukan persuasi antarpribadi, baik sebagai sumber maupun sebagai penerima. Dalam perjumpaan antarpribadi sehari-hari kita berusaha mengubah sikap dan perilaku orang lain. Kita berusaha mengajak mereka melakukan sesuatu, mencoba cara diit yan baru, membeli produk tertentu, menonton film, membaca buku, rnengambil mata kuliah tertentu, meyakini bahwa sesuatu itu salah atau benar, menyetujui atau mengecam gagasan tertentu, dan sebagainya. Daftar ini bisa sangat panjang. Memang, sedikit saja dari komunikasi antarpribadi kita yang tidak berupaya mengubah sikap atau perilaku.

d. Untuk bermain

Kita menggunakan banyak perilaku komunikasi kita untuk bermain dan menghibur diri. Kita mendengarkan pelawak, pembicaraan, musik, dan film sebagian besar untuk hiburan. Demikian pula banyak dari perilaku komunikasi kita dirancang untuk menghibur orang lain (menceritakan lelucon mengutarakan sesuatu yang baru, dan mengaitkan cerita-cerita yang menarik). Adakalanya hiburan ini merupakan tujuan akhir, tetapi adakalanya ini merupakan cara untuk mengikat perhatian orang Iain sehingga kita dapat mencapai tujuan-tujuan lain.

Tentu saja, tujuan komunikasi bukan hanya ini; masih banyak tujuan komunikasi yang lain. Tetapi keempat tujuan yang disebutkan di atas tampaknya merupakan tujuan-tujuan yang utama. Selanjutnya tidak ada tindak komunikasi yang didorong hanya oleh satu faktor; sebab tunggal tampaknya tidak ada dunia ini. Oleh karenanya, setiap komunikasi barangkali didorong oleh kombinasi beberapa tujuan bukan hanya satu tujuan.

Selasa, 29 Januari 2008

FASE-FASE KETERAMPILAN MOTORIK

OLEH:
ARIE ASNALDI

FASE KETERAMPILAN MOTORIK TINGKAT PERTAMA

Fase belajar motorik adalah suatu fase yang manggambarkan keadaan penguasaan keterampilan motorik seseorang dalam dalam melaksanakan gerakan-gerakan olah raga.

Kemampuan seseorang untuk dapat menguasai keterampilan-keterampilan motorik olah raga berbeda-beda,yang disebabkan oleh antara lain :

  • Perbedaan kemampuan kondisi dan koordinasi yang dimiliki
  • Perbedaan usia
  • Perbedaan pengalaman gerakan
  • Perbedaan jenis kelamin
  • Perbedaan kognitif,
  • Frekwensi latihan dan sebagainya

Pembagian fase-fase belajar motorik bukan berdasarkan pada tingkat usia,melainkan pada tingkat kemampuan seseorang dalam penguasaan keterampilan-keterampilan motorik olahraga dalam melaksanakan gerakan-gerakan.

Ciri-ciri umum kemampuan fase belajar motorik tingkat pertama

Ciri-ciri umum fase belajar motorik tingkat pertama adalah penguasaan kemampuan motorik dalam bentuk kasar,seseorang yang berada pada fase ini hanya mampu melaksanakan gerakan-gerakan yang dituntut bila situasi dan kondisi mendukung.

Ciri-ciri khusus atau yang banyak dilihat.

· Struktur dasar gerakan tersebut diperlihatkan dalam bentuk yang kasar.

· Irama gerakan :

Kesalahan dalam irama gerakan disebabkan oleh:

1. Individu yang belajar belum memiliki pengalaman dan simpanan

2. Belum dapat mengatur dan mengimpulskan tenaga sesuai dengan kebutuhan otot-otot yng bekerja.

· Hubungan gerakan

Hubungan gerakan dari bagian-bagian grerakan dari satu anggota tubuh ke anggota tubuh yang lain masih belum terkoordinir dengan baik.

· Luas gerakan

Disebabkan karana kemampuan koordinasinya yang memang masih belum terbentuk,dengan demikian prinsip efisiensi dan efektefitas baik dari segi tenaga,waktu dan ruangan yang terpakai belum dapat direalisasikan.

· Kelancaran gerakan /aliran gerakan

Aliran gerakan yang ditampilkan masih belum lancar,yaitu masih tersendat-sendat.kurangnya kecepatan dan percepatan tersebut disebabkan karena pengaruh impuls/tenaga yang diberikan.

· Kecepatan gerakan

Belum memiliki kecepatan gerakan yang baik yaitu masih bersifat lamban dan kaku.

· Ketepatan dan kekonstanan gerakan

Kekonstanan gerakan yang dimiliki oleh individu yang berada pada fase tingkat pertama ini boleh dikatakan tidak ada karenakemampuan yang dimiliki belum stabil atau belum dapat diukur.

· Bayangan gerakan

Bayangan gerakan yang berhasil dibangun oleh individu yang berada pada fase tingkat pertama masih kurang lengkap

· Program gerakan

Artinya program gerakan baru memuat komponen-komponen gerakan yang bersifat umum atau yang penting-penting sajadan belum terperinci.

Ciri-ciri kemampuan penerimaan dan pengolahan informasi fase belajar tingkat pertama.

Ciri-ciri pada fase belajar tingkat pertama dapat dilihat pada aspek penerimaan dan pengolahan informasi.

Dalam pelaksanaan aksi-aksi motorik atau gerakan-gerakan olahraga ada 5 indra penerima informasi yaitu : visual (penglihatan), akustik (penalaran), taktil (kulit), kinestik (otot), dan vetibular (alat keseimbangan).

Kelima indra itu tidak hanya berperan dalam penerimaan informasi tetapi juga berperan dalam penerimaan feedback,yaitu tentang gerakan yang sedang berlansung.

Berdasarkan feedback ini dapat dilakukan pengendalian dan pengaturan-pengaturan gerakan-gerakan yang sedang dilakukan misalnya:pengaturan tentang impuls-impuls kekuatan,penmgaturan,dan pengendalian arahgerakan.

Implikasi ciri-ciri fase belajar motorik tingkat pertama ke dalam proses pembelajaran

peran guru pendidikan jasmani sangat lah menentukan pada keberkasilan peserta didik dalam melakukan gerakan yang diajarkan.


FASE BELAJAR KETERAMPILAN MOTORIK OLAHRAGA TINGKAT KE DUA

Ciri-ciri umum fase belajar motorik tingkat kedua ini adalah peningkatan penguasaan kemampuan koordinasi secara halus, yaitu kualitas gerakan yang dilakukan sudah meningkat.

Perkembangan proses belajar pada fase ini datandai oleh beberapa kemajuan dan diwarnai oleh beberapa permasalahan.kemajuan-kemajuan yang diproleh antara lain dapat dilihat dari semakin meningkatnya kualitas gerakan.

Ciri-ciri khusus fase belajar motorik tingkat kedua

Struktur dasar gerakan

Irama gerakan

Hubungan gerakan

Luas gerakan

Kelancaran gerakan

Kecepatan gerakan

Ketepatan dan kekonstanan gerakan

Bayangan dan program gerakan

Ciri-ciri kemampuan penerimaan dan pengolahan informasi fase belajar tingkat kedua

Dalam belajar motorik ada lima indera penerima informasi antara lain :

  1. Mata ( Visueller Analisator )
  2. Kulit ( Taktiler Analisator )
  3. Otot-otot ( Kinesthetischer Analisator )
  4. Telinga ( Akusticher Analisator )
  5. Alat keseimbangan yang terletak pada bagian dalam telinga ( Statico dynamisator )

Kelima indera penerima informasi tersebut dikelompokkan dalam dua kelompok yaitu :

  1. Alat penerima informasi dari luar

Yaitu informasi yang datang dari luar atau dari lingkungan sipelaku gerakan itu sendiri. Diantaranya : mata, telinga dan kulit.

  1. Alat penerima informasi dari bagian dalam

Yaitu informasi yang berasal dari dalam diri sipelaku gerakan itu sendiri tentang jalannya gerakan baik yang sedang berlangsung. Diantaranya : otot-otot dan staticodynamisator.

Ciri-ciri fase belajar motorik tingkat kedua dan implikasinya kedalam proses pembelajaran

Fase belajar tingkat kedua menuntut aktifitas belajar yang tinggi,untuk dapat melaksanakannya dibutuhkan persiapan-persiapan yang tinggi dari peserta didik.kesiapan yang dimaksud antaralain:

  • Kesiapan dalam melakukan pengulangan-pengulangan latihan
  • Kesiapan dalam menerima beban kerja fisik
  • Kesiapan untuk berkonsentrasi penuh
  • Serta kesiapan untuk turut aktif dalam proses berfikir

.Jadi tugas utama dari guru pendidikan jasmani dalam hal ini adalah melakukan analisis kesalahan-kasalahan gerakan yang terjadi pada setiap fase gerakan.sehingga peserta didik akan selalu melakukan pengendalian dan pengaturan kembali penyimpangan-penyimpangan yang terjadi selama gerakan itu berlansung.

FASE BELAJAR KETERAMPILAN MOTORIK OLAHRAGA TINGKAT KETIGA

Ciri-ciri umum fase belajar motorik tingkat ketiga

Ciri-ciri umum fase belajar tingkat ketiga dapat digambarkan sebagai berikut:

Kemampuan prestasi seseorang yang berada pada fase belajar tingkat ketiga lebih stabil,dan kestabilan prestasi tersebut dapat dilakukan dengan konstan,walaupun dibawah situasi dan kondisi tempat palaksanaan gerakan yang dipersulit.

Peningkatan yang terjadi dalam berbagai aspek antaralain :

· Perbaikan dalam mengantisipasi suatu situasi dan kondisi

· Perbaikan peran analisator kinentetik,sehingga dapat mengendalikan dan mengatur impuls-impuls tenaga pasa otot-otot yang bekerja sesuai dengan kebutuhan

· Perbaikan peran dan fungsi nindra penerima informasi

· Perbaikan-perbaikan dalam pengolahaninformasi yang diterima.

Ciri umum berikutnya pada fase belajar tingkat ketiga kestabilan prestasi atau unjuk kerja,individu yang berada pada fase ini mampu melakukan gerakan-gerakan yang sama secara berulang-ulang,sedangkan kualitas gerakan yang ditampilkan pada setiap kali pengulangan cukup konstan.

Ciri-ciri khusus fase belajar motorik tingkat ketiga

Terbentuknya kemampuan automatisasi

Bayangan dan konstruksi bayangan gerakan

Irama gerakan

Pada fase belajar tingkat ketiga ini pelaksanan gerakan terlihat semakin mulus dan lancar,sehingga gerakan-gerakan yang dilakukan cukup efesien dan efektif baik dalam hal pemakaian ruangan,maupun waktu dan tenaga.

Kecepatan gerakan

Keistimewaan khusus yang dimiliki pada fese belajar tingkat ketiga adalah kemampuannya untuk memanipulasi bentuk-bentuk gerakan.kemampuan untuk melakukan gerak tipu yang tepat hanya dapat dilakukan oleh individu yang memiliki kemampuan antisipasi situasi dan kondisi yang akurat.

Ciri-ciri kemampuan penerimaan dan pengolahan informasi fase belajar tingkat ketiga

Ciri-ciri khusus kemampuan penerimaan dan pengolahan informasi individu yang berada pada fase belajar tingkat ketiga adalah semakin meningkatnya peran dan fungsi analisator informasi kinestetik(otot).

Ciri-ciri lain dari kemampuan penerimaan dan pengolahan informasi fase belajar tingkat ketiga ditandai dengan semakin meningkatnya peran dan fungsi serta kepekaan alat-alat analisator yang lain seperti: mata, kulit, telinga (staticodynamisator), maka individu yang berada fase ini dapat menerima umpan balik secara lebih banyak dan rinci tentang jalannya suatu gerakan baik yang sedang berlansung,maupun yang baru selesai dilaksanakan.

Ciri-ciri fase belajar motorik tingkat ketiga dan implikasinya kedalam proses pembelajaran

Fase belajar tingkat ketiga merupakan suatu fase untuk menstabilkan kemampuan koordinasi halus yang telah dikuasai.

Bentuk latihan lain yang dapat diterapkan dalam proses pembelajaran untuk peserta didik yang berada pada fase ini adalah latihan dalam bentuk mental-traning.

Latihan-latihan mental akan dapat membantu peserta didik dalam meningkatkan:

· Kemampuan mengantisipasi perubahan situasi yang akan terjadi dan efek dari perubahan tersebut

· Kemampuan ketetapan gerakan

· Kemampuan melaksanakan gerakan secara ekonomis,baik dari segi waktu,tenaga,maupun

ruangan yang dipakai

· Kemampuam ketetapan pengambilan keputusan

KOORDINASI GERAK

koordinasi gerak dilihat sebagai pengatur terhadap proses-proses motorik terutama terhadap kerja otot-otot yang diatur melalui sistem persyarafan atau disebut dangan intra muskulare koordination.

Koordinasi gerak meliputi pengkoordinasian kerja otot-otot yang terlibat dalam suatu pelaksanaan gerakan.pengkoordinasian tersebut diatur sedemikian rupa oleh sistem persyarafan.

Yang diatur disini adalah :penyesuaian komponen-komponen kekuatan dan kecepatan yang dibutuhkan oleh otot dalam pelaksanaan gerak sesuai dangan kebutuhan setiap bagian gerak.

Struktur dasar gerakan

Kata struktur diartikan secara sederhana sebagai suatu susunan tertentu maka struktur garak dapat diartikan sebagai strukur gerakan.atau dapat diterjemahkan sebagai susunan dasar dari suatu gerakan atau susunan yang selalu ada dalam pelaksanaan suatu gerakan.

Irama gerakan

Iram gerak adalah ciri-ciri yang menggambarkan ketepatan antara pelaksanaan bagian-bagian gerak dengan dimensi ruang dan waktu yang digunakan atau yang diperlukan pada setiap gerakan.

Untuk mendapatkan kemampuan irama gerakan yang baik,pada dasarnya harus dalakukan latihan-latihan secara berulang-ulang terhadap bentuk-bentuk gerakan yang sama

Hubungan gerakan

Hubungan gerakan adalah:suatui proses transfer impuls tenaga dari suatu bagian tubuh yang lain atau proses transfer impuls dari suatu alat gerak ke alat gerak lain.sehingga terjadi hubungan gerakan.

Indikator yang dapat diamati dari hubungan gerakan yang tidak sempurna adalah :

  • Terjadinya kelebihan gerakan yang tidak diperlukan yang mengakibatkan terganggunya transfer impuls tenaga untuk gerakan
  • Kelebihan gerakan tersebut diakibatkan olehimpuls tenaga yang diberikan terlalu besar dari yang dibutuhkan.
  • Luas gerakan

Luas gerakan adalah : luasnya ruangan atau lintasan yang terpakai dalam pelaksanaan suatu gerakan.

Indikator-indikator yang dapat diamati untuk mengetahui kesalahan luas gerakan antara lain :

  • Pemakaian luas gerakan untuk pelaksanaan suatu gerakan tidak stabil
  • Frekwensi gerakan yang terlalu rendah dapat disebabkan karena ruangan yang terpakai untuk pelaksanaan suatu gerakan terlalu luas,sehinggawaktu yang dibutuhkan juga berlebih dari yang semestinya
  • Frekwensi gerakan yang terlalu tinggi misalnya dalam berlari atau berenang dapat disebabkan oleh ruangan yang terpakai terlalu sempit
  • Irama gerakan tidak konstan

Kelancaran gerakan

Penyebab kesalahan gerakan atau tidak lancarnya gerakan adalah : kemampuan kondisi (kekuatan,kecepatan,dan daya tahan)dan kemampuan koordinasi yang masih kurang,serta ketidak lengkapan,ketidak mengertian individu terhadap informasi tentang gerakan yang harus dalaksanakan.

Kelancaran gerakan atau aliran gerakan adalah suatu ciri-ciri yang menggambarkan kontinuitas dari jalannya suatu gerakan.

Untuk dapat melihat kelancaran gerakan,indikator yang dapat diamati adalah :

· Kontinuitas jalannya gerakan

· Kecepatan atau percepatan gerakan (terlalu cepat atau terlalu lambat)


Kecepatan gerakan

Dalam pelaksanan suatu gerakan,kecepatan merupakan salahsatu ciri-ciri koordinasi gerakan yang perlumendapatkan perhatian,hal ini disebabkan karena kecepatan sangat menentukan hasil yang ingin dicapai.

Untuk dapat memanfaatkan kecepatan gerakan secara optimal memang sangat dipengaruhi oleh beberapa aspek seperti : kemampuan mengantisipasi gerakan,kelancaran gerakan dan hubungan gerakan.

Ketepatan dan kekonstanan gerakan

Ketepatan dan kekonstanan gerakan sangat menentukan sekali terhadap hasil yang ingin dicapai dalam pelaksanaan gerakan.

Ketepatan gerakan dalam artian proses adalah : ketepatan jalannya suatu rangkaian gerakan baik dilihat dari struktur dalam gerakan maupun dilihat dari sistematika gerakan.

Sedangkan ketetapan produk adalah : suatu hasil yang diperoleh dari aktivfitas atau gerakn.

Menurut MEINEL (1977,HAL 180) mengartikan ketepatan gerakan sebagai ketepatan atau kesatuan antara perencanaan gerakan dengan hasil yang diperoleh. Pengertiannya adalah bahwa setiap pelaksanaan gerakan selalu didahului oleh suatu gerakan yang direncanakan pada pusat susunan syaraf.